Cara Membuat Wine Dengan Starter Bakteri
Wine
(minuman Anggur) pada dasarnya merupakan minuman hasil fermentasi buah-buahan.
Tetapi sebagian besar masyarakat di negara-negara lain menetapkan secara ketat
difinisi Wine, yang merupakan minuman hasil fermentasi sari buah anggur.
Minuman ini berkadar alkohol 12 % – 13,5 % untuk jenis merah dan 10 % untuk
jenis putih. Minuman anggur yang dibuat dari buah-buahan lain selain buah
anggur disebut fruit wine. Mari kita kita intip cara membuat wine menggunakan
starter Sacharomyces cereviceae.
Hanya varitas anggur tertentu yang dapat
menghasilkan minuman anggur bermutu tinggi, hanya beberapa negara saja di
antara negara-negara penghasil angur yang sekaligus mempunyai industri wine
yang penting dan terkenal. Faktor yang paling menentukan dalam produksi wine
adalah iklim dimana buah anggur tumbuh. Hal tersebut karena keadaan tanah dan
iklimnya yang sesuai, beberapa wilayah di dunia menghasilkan buah anggur yang
bermutu baik untuk memproduksi wine, yaitu wilayah Bordeau dan Burgundy di
Perancis, Rhineland di Jerman, Tokay di Hongaria, California dan beberapa
wilayah di Spanyol, Switzerland dan Italy. Karakteristik dan mutu wine
ditentukan oleh komposisi bahan baku, proses fermentasi, dan
perubahan-perubahan yang terjadi baik alami atau disengaja dalam periode
setelah fermentasi selesai.
Baik, bahan utama pembuatan WINE adalah buah
anggur. Anggur merupakan tanaman buah berupa perdu yang merambat. Anggur
dimanfaatkan sebagai buah segar maupun diolah menjadi produk lain seprti
minuman fermentas hasil perasan anggur yang mengandung alkohol biasa disebut
wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli.
Anggur berasal dari Armenia, tetapi budidaya anggur sudah dikembangkan di Timur
Tengah sejak 4000 SM. Teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali
dikebangkan orang Mesir pada 2500 SM. Budidaya dan teknologi pengolahan anggur
masuk Yunani dan menyebar ke daerah laut hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis,
dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Colombus, anggur (wine) mulai menyebar
ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia, dan
Australia.
Proses
pembuatan wine dibagi menjadi delapan tahap :
Dimulai dari harvesting (pemetikan), crushing
(pengadukan), maceration (perendaman), fermentation (fermentasi), the 2nd
fermentation (fermentasi lanjutan), aging (penyimpanan), blending
(pencampuran), dan bottling (pembotolan). Semakin lama wine disimpan, minimal
mengalami proses aging selama 10 tahun, akan menghasilkan kualitas premium.
Pembuat wine seringkali menyimpan winenya beberapa tahun sebelum menjual
produknya. Ada beberapa patokan untuk memilih anggur (wine) yang baik, bisa
dengan melihat anggurnya, mencium baunya, dan mencicipi rasanya serta dari
penampakan langsung bisa diketahui anggur yang baik berwarna cerah, bukan keruh
karena penyimpanan yang tidak sempurna.
Alat-alat yang digunakan dalam produksi wine
adalah : fermentor, hidrometer, sendok, pengaduk, kain saring, dan corong.
Bahan yang digunakan adalah : yeast
Sacharomyces cereviceae, buah anggur, air, dan gula pasir.
Tahapan – Tahapan Pembuatan Wine
- Buah anggur dipilih yang telah matang dan baik (tidak rusak). Disimpan terlebih dahulu selama 1 hari dengan suhu 2-4 oC.
- Buah tersebut terlebih dahulu dicuci bersih.
- Setelah ditiriskan buah direndam dalam air panas dengan suhu 80 oC selama 15 menit, lalu ditiriskan kembali.
- Buak dihancurkan, lalu difiltrasi untuk memisahkan ampas dari buah tersebut (kulit dan biji) untuk mendapatkan sari buah.
- Air digunakan sebagai bahan campuran dalam sari buah dengan perbandingan 1 : 1.
- Penambahan gula sebanyak 1 : 10% larutan sari buah, tergantung pada anggur yang digunakan.
- Untuk mendapatkan sari buah dengan aroma, cita rasa, dan tekstur yang bermutu diperlukan pencampuran bahan tambahan tertentu.
- Kemudian dilakukan pasteurisasi dengan suhu 80 oC selama 15 menit.
- Setelah proses tersebut dilakukan pengendapan dan pendinginan selama 2,5 jam.
- Hasil akhir dari sari buah dapat disimpan dalam botol yang telang disterilisasi.
Diatas adalah cara pembuatan wine, berikut akan
dijabarkan penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam pembuatan
wine
Fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur
bersama-sama dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh
khamir dan menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula
ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan
dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor.
Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol telah mencapai
sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan. Selama
fermentasi sering ditambahkan nitrogen dan mikro nutrien guna mencegah produksi
gas H2S. Jika gas ini muncul akan menyebabkan bau yang tidak enak.
Selama fermentasi, cairan yang dihasilkan setelah
buah anggur dihancurkan disebut must. Komposisi must terdiri dari 85-95 % sari
buah, 5-12 % kulit, dan 0-4 % biji. Guna mencegah tumbuhnya bakteri pada must
maka dilakukan pengadukan. Must mulai bergelembung pada jam ke 8 – 20.
Secara garis besar tahap-tahap produksi wine
dimulai dengan pemetikan buah anggur pada tingkat kematangan yang optimum,
supaya diperoleh must dengan flavor, kandungan gula dan keasaman yang optimum.
Buah-buah anggur dihancurkan dengan hati-hati supaya biji tangkai yang
mengandung komponen dengan rasa pahit (tannin, tidak ikut hancur. Sebelum
disaring ke dalam must ditambahkan sulfite atau sulfur dioksida (SO2).
Penambahan bahan pengawet ini bertujuan menekan pertumbuhan dan aktifitas
berbagai mikroorganisme termasuk khamir dan bakteri yang terdapat secara alami
pada buah anggur. Sebagian besar mikroba pembusuk bersifat sensitive terhadap
SO2, sedangkan khamir wine (wine yeast) tidak terpengaruhi.
Produksi red wine, fermentasi musts dilakukan
lengkap dengan kulit, tangkai dan biji sehingga pigmen merah yang terdapat pada
bagian-bagian buah tersebut akan terekstraksi selama proses fermentasi. Cara
ini dengan memanaskan must pada suhu sekitar 40-44°C selama 8-16 jam, kemudian
didinginkan dan disaring dengan tekanan. Cairan yang diperoleh selanjutnya
difermentasi. Selain dari kedua cara ini, wine yang dihasilkan tidak berwarna
merah, tetapi merah muda dan dipasarkan sebagai rose wine.
Selama fermentasi kandungan tannin dalam kulit
buah juga terektraksi, sehingga red wine mengandung tannin lebih tinggi
daripada white wine dan rose wine. Beberapa organisme seperti Saccharomyces
dapat hidup, baik dalam kondisi lingkungan cukup oksigen maupun kurang oksigen.
Organisme yang demikian disebut aerob fakultatif. Saccharomyces akan melakukan
respirasi biasa dalam keadaan cukup oksigen. Akan tetapi, jika dalam keadaan
lingkungan kurang oksigen Saccharomyces akan melakukan fermentasi. Asam piruvat
yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah menjadi asam asetat dan CO2
dalam keadaan anaerob. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol. Proses
perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan
NADH menjadi NAD+. Terbentuknya NAD+ menyebabkan peristiwa glikolisis dapat
terjadi lagi. Fermentasi alkohol ini hanya dapat mengubah satu mol glukosa
menjadi 2 molekul ATP. Fermentasi alkohol, secara sederhana, berlangsung
sebagai berikut :
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2+ 2 ATP (Energi yang
dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa, atau
sukrosa) → Alkohol (etanol) + CO2 + Energi (ATP). Sebagaimana halnya fermentasi
asam laktat, reaksi ini merupakan suatu pemborosan. Sebagian besar dari energi
yang terkandung di dalam glukosa masih terdapat di dalam etanol, karena itu
etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin. Reaksi ini, seperti fermentasi
asam laktat juga berbahaya. Ragi dapat meracuni dirinya sendiri jika
konsentrasi etanol mencapai 13%. Hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol
pada minuman hasil fermentasi seperti anggur.
Sekitar 2-5 persen inokulum khamir yang khusus
untuk fermentasi wine, yaitu galur Saccharomyces cerevisiae var. ellsoideus,
diinokulasikan ke dalam must. Sel khamir ini berukuran lebih besar dan lebih
oval dibandingkan dengan sel khamir untuk fermentasi bir. Fermentasi biasanya
dimulai dengan menambahkan 2-3 gallon kultur starter untuk setiap 100 gallon
must, maka perlu dilakukan beberapa tahap propagasi sampai diperoleh volume
inokulum yang diinginkan. Propagasi sel khamir wine biasanya dilakukan dengan
menggunakan sari buah anggur steril sebagai subsrat. Dewasa ini telah banyak
tersedia secara komersial sel-sel khamir wine dalam bentuk active dry yeast
dengan daya tahan atau kestabilan 6-12 bulan. Disamping itu juga tersedia
comperesses yeast dengan kestabilan 3-4 minggu.
Sumber karbon, jenis gula utama terdapat dalam
must adalah glukosa dan fruktosa. Sebagian besar khamir untuk wine
memfermentasi glukosa lebih cepat dari fruktosa. Tetapi S. elegans,
memfermentasi fruktosa lebih cepat daripada glukosa. Galur ini digunakan dalam
industri sauterne wine, yaitu sejenis white wine dengan rasa sedikit manis yang
berasal dari distrik Sauternes, Bordeaux, Perancis. Fermentasi karbohidrat yang
secara alami terdapat dalam buah anggur akan cepat menghasilkan alkohol sampai
sekitar 11-12 persen. Iklim dinginyang terjadi terutama di Amerika Serikat bagian
timur dimana buah anggur varitas Vitis labrusca banyak ditanam untuk industri
wine, wine yang dihasilkan kadang-kadang ditambah gula (amelioration).
Sebaliknya, apabila cuaca menyebabkan buah anggur terlalu cepat masak (mature)
maka untuk memproduksi wine dengan komposisi normal, perlu penambahan air.
Etanol yang diproduksi oleh sel-sel khamir selama
proses fermentasi akan menghambat aktifitas dan pertumbuhan sel. Jika suhu
fermentasi meningkat, derajat pengahambatan juga meningkat. Suhu fermentasi
yang lebih rendah akan menghasilkan etanol yang lebih tinggi karena disamping
fermentasi berlangsung lebih sempurna, hilangnya etanol karena penguapan akibat
suhu yang lebih tinggi dapat diperkecil.
Tekanan karbondioksida (CO2) sekitar 72 atm
menyebabkan pertumbuhan sel-sel khamir akan terhambat dan pada tekanan 30 atm
produksi etanol terhenti sama sekali. Pengaruh tekanan CO2 ini sangat penting
dalam pembotolan, tangki wine atau jika kecepatan fermentasi diatur dengan
tekanan. Sekitar 0.1-0.5 gram CO2 per liter terlarut dalam tabel wine.
Konsentrasi CO2 sebanyak 12 gr/L akan menyebabkan tekanan sebesar 4.0, 4.8,
5.8, 6.6 dan 7.5 atm pada suhu 0.5, 10, 15 dan 30°C. Produk akhir sparking wine
lebih disukai jika terdapat tekanan CO2 sebesar 6-8 atmosfir.
Kebanyakan sel khamir untuk wine akan tumbuh baik
suhu 27-30°C, tetapi juga sel khamir wine yang tumbuh suhu yang rendah dan
dapat memfermentasi must pada suhu 7°C atau lebih rendah. Diantara galur-galur
khamir wine, waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi 5 gram etabol
dari 1 liter sari buah anggur adalah 23 hari pada suhu 0°C, 8 hari pada suhu
6°C dan 3.5 pada suhu 12°C.
Proses fermentasi yang berlangsung lambat dan
lama suhu yang rendah akan menghasilkan wine dengan flavor yang lebih pahit
daripada proses fermentasi cepat pada suhu yang lebih tinggi. Tetapi jika suhu
terlalu tinggi dapat menghasilkan khamir wine dan merupakan kondisi yang sesuai
bagi mikroorganisme lain. Misalnya, bakteri Lactobacillus akan tumbuh dan
menimbalkan kerusakan pada wine. Suhu awal untuk produksi white wine adalah
12-25°C dan selama fermentasi berlangsung suhu tidak boleh melebihi 23°C.
Pada suhu optimum (10-21.1°C) fermentasi white
wine akan berlangsung selama 7-14 hari. Fermentasi red wine dilakukan pada suhu
yang leboh tinggi agar tannin dan pigmen dapat terekstraksi dari kulit buah
anggur. Proses fermentasi red wine pada suhu optimum (23.9-26.7°C) akan
berlangsung selama 3-5 hari. Selama fermentasi berlangsung akan timbul panas.
Oleh karena itu, untuk mempertahankan suhu optimum fermentasi, tangki
fermentasi perlu dilengkapi dengan system pendingin yang sesuai baik untuk
mengatasi pengaruh suhu lingkungan maupun pengaruh panas yang timbul selama
fermentasi berlangsung.
Penambahan SO2 bertujuan untuk menghambat
berbagai jenis mikroba yang terdapat secara alami pada buah anggur, terutama
Lactobacillus. Starter khamir dapat beradaptasi untuk tumbuh pada konsentrasi
SO2 lebih dari 200 ppm. Jumlah SO2 yang ditambah ke dalam must adalah 50-100
ppm (85-170 gram per ton buah anggur) dalam industri wine. Perlakuan ini dapat
menghilangkan mikroba alami tersebut sampai 99.9 %. SO2 bebas bersifat sebagai
antiseptik, maka daya perlindungannya akan berkurang jika dalam must terdapat
dalam konsentrasi tinggi senyawa-senyawa seperti aldehida, keton, dan
jenis-jenis gula dimana SO2 dapat membentuk bisulfit. Efisiensi antimikrobial
SO2 juga dipengaruhi oleh suhu, pH, dan jenis mikroorganisme.
Tannin yang dilarutkan dalam air akan terbentuk
larutan yang mempunyai rasa sepat dan jika direaksikan dengan ion ferri akan
terbentuk warna biru kehitaman atau hijau. Tannin akan diendapkan oleh protein.
Sekitar 3-6 persen kulit buah anggur merah adalah tannin yang membantu
menstabilkan warna merah pada wine. Sifat-sifat antiseptik tannin sangat
bervariasi. Sel-sel khamir alami sangat sensitive terhadap tannin, sedangkan
starter khamir wine lebih tahan.
Fermentasi must yang baik membutuhkan nitrogen,
mineral dan nutrient-nutrien lain dalam jumlah yang cukup. Pertumbuhan sel-sel
khamir tidak membutuhkan penambahan asam-asam amino dari luar, kecuali dalam
kondisi tertentu dimana kadar nitrogen dalam must tidak mencukupi. Buah anggur
mengandung mineral dalam konsentrasi yang cukup, tetapi jika terdapat
berlebihan seperti tembaga atau besi, dapat menyebabkan pengambatan. Jika
sejumlah vitamin ditambahkan ke dalam media, pertumbuhan sel khamir akan
meningkat. Semua species khamir membutuhkan penambahan biotin dari luar. Buah
anggur varitas putih umumnya mengandung biotin lebih sedikit daripada varitas
merah, tetapi jumlah ini ditambah dengan vitamin-vitamin lain masih cukup untuk
memberikan kondisi fermentasi dengan kecepatan normal. Kecepatan fermentasi
sari buah dipengaruhi oleh kandungan biotin dan nitrogen total buah anggur,
jika keduanya terdapat dalam sari buah. Tetapi fermentasi tersebut tidak
dipengaruhi jika biotin atau salah satu vitamin B, terdapat sendirian.
Setelah fermentasi primer atau fermentasi aktif
selesai dimana kandungan gula hampir seluruhnya terfermentasi, sedangkan
sel-sel khamir, sejumlah tannin, protein, pektin dan tartar mengendap,
selanjutnya wine dipisahkan dari endapan-endapan tersebut (termasuk kulit, biji
dan potongan-potongan tangkal dalam fermentasi red wine). Tahap-tahap proses
setelah difermentasi primer disebut prosedur cellar, termasuk fermentasi
sekunder, penjernihan, penstabilan dan pembotolan. Setelah dipisahkan dari
endapan, wine yang diperoleh dimasukkan ke dalam tangki dengan CO2 yang rendah
untuk fermentasi sekunder selama 7-11 hari pada suhu 21.1-29.4°C. Wine yang
jernihdapat diperoleh jika menambahkan clarification agent seperti bentonit
atau karbon aktif ke dalam tangki ditambahkan, kemudian endapan didasar tangki
dipisahkan. Sebelum pemeraman, wine jernih yang diperoleh dapat dipasteurisasi
terlebih dahulu untuk mengendapan protein. Tetapi pasteurisasi ini biasanya
tidak dilakukan.
Wine didinginkan dan dibiarkan selama beberapa
hari, disaring dan pisahkan ke dalam tangki kayu atau semen yang dilapisi
plastik untuk pemeraman (aging). Selama pemeraman, tangki diisi penuh dan
ditutup rapat supaya tidak terjadi kontak dengan udara. Selama pemaraman, wine
dipisahkan secara periodik dari endapan yang terkumpul di bagian bawah tangki.
Pemeraman dapat berlangsung selama beberapa bulan atau beberapa tahun yang akan
menyebabkan perubahan sifat fisik dan flavor wine. Pemeraman akan memberikan
aroma atau bouquet yang merupakan salah satu karakteristik wine. Komponen aroma
dan rasa yang terpenting adalah ester-ester dan alkohol. Selama pemeraman juga
dapat terjadi fermentasi asam malat oleh bakteri Lactobacillus atau Microccus,
yang akan menghasilkan asam laktat dan CO2.
Setelah pemeraman, wine disaring dan dimasukkan
ke dalam botol. Beberapa jenis wine dipasuteurisasi setelah pemeraman. Biasanya
dibatal botol . Wine dengan kandungan asam-asam volatile yang tinggi merupakan
tanda bahwa telah terjadi kegagalan dalam proses fermentasi. Di Amerika Serikat
batas kandungan asam volatile adalah 0.14 gram per 100 ml (sebagai asam asetat)
untuk red wine, dan 0.12 gram per 100 ml untuk white wine.
Berdasarkan aroma, rasa serta kandungan
alkuhol yang dimiliki masing-masing wine, jenis-jenis WINE adalah sebagai
berikut :
- Still wine, yaitu jenis wine dimana gas CO2 yang terbentuk selama proses fermentasi, dikeluarkan.
- Sparkling wine mengandung CO2 dalam konsentrasi tertentu yang terbentuk melalui proses fermentasi kedua atau melalui proses karbonasi.
- Dry wine adalah jenis wine yang mengandung sedikit atau tidak mengandung gula sama sekali (unfermented sugar).
- Sweet wine masih mengandung gula yang tidak terfermentasi atau sengaja ditambahkan setelah proses fermentasi selesai.
- Fortified wine adalah jenis wine yang ditambah distilat wine (Wine spirit atau brandy), sehingga mengandung alcohol sekitar 19-21 persen.
- Tabel wine adalah jenis wine yang kandungan alkoholnya rendah (9-14 persen), sedikit atau tanpa gula.
- Dessert wine adalah fortified wine yang mengandung gula (sweet wine).
- Appartizer wine adalah jenis wine dengan kandungan gula yang bervariasi antara dry wine sampai semisweet wine. Kandungan alkoholnya berkisar antara 15-20 %.
Sekian artikel ini semoga bermaanfaat bagi pembaca, terimakasih.